Tags

,

Ada kawan yang bertanya, berapa rupiah kuhabiskan ke Banda kemarin. Kujawab, Rp2,7 juta selama hampir sebulan. Itu sudah termasuk perjalanan empat hari empat malam dengan kapal laut, juga transit dua hari di Ambon dalam perjalanan pulang, serta membeli oleh-oleh kain khas Seram. Kalau mau murah, bisa naik kapal laut langsung saat pulang, akan menghemat ongkos lebih Rp 400.000. Tapi karena ‘lelah’ fisik dan mental, aku kemarin pilih pulang naik pesawat. Tentu saja paska jauh-jauh hari booking Batavia Air lewat bantuan seorang kawan.

Beberapa hal yang mesti diperhatikan jika hendak menghemat ongkos perjalanan ke Maluku, Banda Neira utamanya, adalah :

1.Pilih musim yang tepat. Biasanya akhir September-awal Desember saat-saat yang nyaman melakukan perjalanan laut ke Banda. Ombak relatif tenang, perjalanan dari Neira ke pulau sekitar seperti Hatta, Run, Neilaka, dan Ay pun memungkinkan. Di luar itu, pulau-pulau yang jauh dari Neira akan tertutup ombak berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Perahu motor sebagai angkutan umum pun jarang jalan. Padahal naik perahu motor ini, murah meriah. Ke pulau terjauh seperti Run, ongkosnya cuma Rp20.000. Dibanding mencarter boat ke sana yang ongkosnya bervariasi antara Rp 250.000-350.000 per hari. Belum lagi, acara diving dan snorkeling yang terganggu karena air laut jadi keruh akibat ombak.

2.Perhatikan baik-baik jadwal kapal, baik kapal yang langsung berlayar dari Jakarta ke Banda, maupun dari Ambon ke Banda (jika berangkat ke Ambon naik pesawat). Bulan April-Juni begini, banyak kapal laut masuk dok, sehingga jadwal kapal langsung ke Banda cuma sekali sebulan. Ada juga beberapa kapal dari Ambon ke Banda, tapi yang cepat, langsung, butuh waktu 8 jam pelayaran, hanya satu. Biasanya kapal dari Ambon memutar menuju Maluku Utara, Papua, baru menuju Banda.Ā  Tahu jadwal kapal sangat berguna.

3.Bagaimana dengan pesawat terbang dari Ambon ke Banda? Memang ada, tapi belum tentu seminggu sekali jalan. Pesawat menunggu penumpang penuh dulu baru jalan. Waktu aku ke Banda September-Oktober 2011, malah tak satu pun pesawat tersedia dari Banda ke Ambon dan sebaliknya. Daripada nunggu pesawat yang bikin mahal ongkos hotel di Ambon, mending naik kapal laut yang jelas jadwalnya.

4.Penginapan banyak terdapat di Banda Neira. Yang paling murah Rp80.000 semalam sudah termasuk camilan pagi dan kamar mandi dalam. Namanya, Penginapan Rosmina, terletak di depan Benteng Nassau. Di luar Neira, ada sebuah penginapan di Desa Lonthoir, dan beberapa di Pulau Ay. Di luar itu, tak ada. Jika ingin bermalam di Run atau Hatta misalnya, bisa memohon kepala desa (biasa disebut raja) atau sekretaris desa. Kita lalu memberi mereka uang sekedar ganti makan, karena memang tak bertarif. Biasanya, sebelum bingung mencari penginapan, sudah ada orang di perahu yang mengajak kita menginap di rumahnya. Itulah enaknya jalan-jalan di daerah terpencil. Penduduknya sangat bersahaja, jauh dari sifat ‘individualis’ dan berbau materi.

5.Soal makan, hanya ada warung makan di Pulau Neira. Di sepanjang pasar Neira, banyak lapak penjual makanan. Mulai bakso, nasi kuning, hingga sate ikan. Sedang di pulau-pulau lainnya, hanya ada penjaja kue dan nasi kuning sederhana. Mereka menjual di depan rumah masing-masing. Kalau ingin menikmati khas dan enaknya makanan Banda, datang saja ke Jalan Pelabuhan saat ada kapal sandar. Mirip surga makanan bagiku, bisa memilih aneka ikan panggang dan sayuran dengan harga murah. Harga makanan di Banda terjangkau, dari jajan yang cuma Rp1000, nasi kuning Rp2000 hingga bakso Rp8000.

6.Bagaimana dengan transportasi di dalam pulau? Bila keliling Pulau Neira, kita bisa menyewa ojek. Ongkosnya tak mahal. Paling antara Rp25-30 ribu sekali keliling. Maklum, Neira memang kecil. Di Pulau Banda Besar, ada juga ojek di beberapa desa dan kampung. Namun beberapa kampung lainnya, tak ada noda transportasi. Terpaksa, kita jalan kaki. Di Pulau Run, Ay, dan Hatta, jalan kaki itu wajib. Jangankan ojek, listrik saja terbatas pasokannya. Hanya menyala saat malam. Itupun sampai pukul sebelas.

7.Sinyal hp dan internet? Ada warnet di Pulau Neira, tarifnya Rp10.000 per jam. tapi leletnya minta ampun. Buka yahoo bisa sejam sendiri. Sinyal hp seperti telkomsel dan XL ada di Neira, sebagian Pulau Banda Besar (yang menghadap ke arah Neira dan Gunung Api). Di Pulau Hatta, Ay, dan Run, mesti mencapai puncak tertinggi pulau untuk mendapatkan sinyal. Sinyal XL jauh lebih mudah didapat ketimbang telkomsel.

8.Bank? Cuma ada di Neira, BRI namanya. Beruntung BRI kini sudah ber-ATM, jadi tak perlu membawa banyak uang kontan ke Banda. Money changer ada beberapa di dekat pelabuhan.

Aku perkirakan, jika kau punya cukup waktu, mem-Banda via kapal laut dari Jawa, tinggal singkat selama kapal datang dan pergi dari Banda-Papua-Banda, menginap di losmen, setidaknya butuh Rp 2juta ke Banda. Sejuta untuk bea kapal pp, 300 ribu buat ongkos menginap, sisanya keliling Gunung APi, Lonthoir, dan sewa kapal tuju Hatta, Run dan Ay. Paling enak kalau bepergian ramai-ramai. Bisa share losmen dan ongkos sewa kapal.

Kalau mau pakai caraku yang murah meriah, ya kenalan dengan kepala desa dan pak camat, ngobrol dengan masyarakat, jadi soal menginap tak jadi masalah. Kita cuma keluar bea transport dan makan sahaja. Tapi ingat, Banda sangaaat terik, terutama di musim kemarau. Jam tujuh pagi sudah panas, sampai jam enam sore. Ampun menyengatnya, melebihi di tanah Jawa atau Sumatra. Jadi siap-siap topi dan tubuh mengelam saking hitamnya.

Masih tertarik? Silakan mem-Banda!

Untuk ‘Buku tentang Banda’ bisa dibaca di Negeri Pala ini.