Tags
sambungan dari Minyak Kelapa (1), dari Ngasem Hingga Banda Neira
Setidaknya dua-tiga kali saya terlibat langsung dalam pembuatan minyak kelapa tradisional dalam lima tahun terakhir ini. Tapi sungguh, saya tak ingin mempraktekkannya di rumah. Buah kelapa di kota besar seperti Surabaya tidaklah murah. Lebih baik beli di toko saja. Saya menghemat waktu dan doku, si penjual mendapat untung, ah simbiosis mutualisme yang pas.
Sekali saya melihat langsung pembuatan lengis – istilah minyak kelapa di Bali- beberapa tahun lalu, saat tinggal di Munduk. Saya menyaksikan Mbok Luh,perempuan perkasa pembuat banten dan canang dan segala tetek bengek upacara, membuat lengis di dapur bendesa Putu Ardana. Mula-mula, Mbok Luh mengumpulkan kelapa-kelapa tua sisa banten -sesaji yang dipergunakan dalam ritual di Bali- memecah cangkangnya, dan memarut buahnya -tentu saja dengan tangan-sampai satu baskom besar. Mungkin ada 7-8 butir kelapa yang diparutnya bersama-sama beberapa pekerja Don Biyu.
Kelapa hasil parutan lalu diambil santannya -yang cukup kental- lalu dimasukkan ke wajan, dipanaskan dengan api sedangl -via kompor gas- dan Mbok Luh bersiap dengan erosnya menyiduk setiap tetes minyak kelapa yang mencuat dari atas santan.
Continue reading