Tags

, ,

Sudah hampir tiga bulan saya menggeluti dunia ekspedisi tanah air. Bermula dari seorang kawan yang kebingungan mengirimkan apel hasil panen yang melimpah. Apel lokal mudah busuk, umurnya sekitar dua minggu sebelum mulai berair dan menghitam. Kala itu kami menggunakan jasa ekspedisi kai log untuk pengiriman dalam jumlah 10kg ke atas. Sedang untuk pengiriman dalam jumlah kecil kami menggunakan beberapa jasa ekspedisi.

Lokasi usaha yang agak jauh dari pusat kota, membuat kami agak repot mengirimkan paket. Apalagi usaha kuliner teman lumayan lancar, setiap hari selalu saja ada barang yang dipaketkan. Saat itu terbersit keinginan membuka agen ekspedisi untuk mempermudah pengiriman. Pilihan saya adalah Wahana Ekspress.

Alasan saya sederhana saja. Selama sekitar 8 tahun berjualan sabun homemade, saya lebih sering menggunakan jasa pengiriman wahana. Memang kadang ada masalah, seperti pengiriman lambat atau nyasar, tapi paket belum pernah hilang. CS-nya juga sopan dan bersahabat menanggapi keluhan, dan yang terpenting harganya bersahabat, ramah di kantong pemilik usaha rumahan seperti saya dan tidak memberatkan pelanggan saya.

Proses menjadi agen ternyata cepat. Mungkin karena yang dijadikan kantor itu rumah -kawan- milik sendiri dan letaknya cukup strategis. Dua minggu kemudian sudah resmi agen Wahana kami berdiri, dan dimulailah tantangan baru mencari pelanggan.

Memulai bisnis pengiriman paket ternyata sulit-sulit nyandu. Kita mesti tahu kondisi lingkungan sekitar, membaca keinginan calon konsumen, luaar biasa sabar, dan banyak senyum. Jangan sekali-sekali melayani konsumen dengan melipat wajah, atau berkata kasar. Bisa kabur konsumennya. Dan jangan lupa banyak-banyak minta maaf dan berkata lembut jika konsumen mengeluh atau marah-marah, meskipun itu bukan kesalahan agen.

Untuk menarik pelanggan, saya menggunakan trik khusus. Pertama, jangan biarkan pelanggan menunggu lama. Untuk itu, jika pelanggan datang, segera saya cek ongkir yang harus dibayar, lalu mencatat no wa-nya. Resi akan saya kirim via WA. Pelanggan saya puas dengan cara ini. Memang kadang ada yang curiga atau was-was barangnya hilang. Jika begitu mereka saya bekali no. WA saya, dan sewaktu-waktu mereka bisa menjapri saya.

Trik kedua, begitu paket sampai, saya akan mengabari mereka. Cara ini terbukti efektif menarik kepercayaan pelanggan.Banyak pelanggan akhirnya datang kembali, memaketkan barang.

Trik ketiga, jujur. Ada kalanya pelanggan mendapat promo/ diskon jika bobot barang yang dikirimkannya banyak. Walau 1-2 ribu rupiah, hal ini saya beritahukan ke pelanggan. Mereka dapat mengambil lagi uang kembalian ini, atau menggunakannya untuk pengiriman berikutnya.

Trik terakhir, jangan lari jika ada masalah dengan paket. Walau Anda dimaki, diteror, hadapi saja. Justru jika ada paket telat datang, saya yang lebih dulu mengadu ke CS, bukan pelanggan, agar masalah cepat teratasi.

Masalah di Wahana mulai bermunculan menjelang lebaran. Ada paket yang terlambat lebih seminggu gegara libur lebaran. Konsumen pun memaki-maki via WA. Kalau sudah begitu ya blokir saja no.WA-nya namun paket yang bermasalah tetap diurus. Ada lagi kasus salah tempel gegara barang yang dipaketkan mirip. Untuk kondisi paket nyasar atau salah tempel, pihak Wahana cepat bereaksi, hanya si agen kena potong saldo alias lebih 100ribu. Hal itu sama dengan pemasukan bruto dari agen sejumlah sejuta rupiah (agen kota kecil seperti di tempat saya bekerja, hanya mendapat 15% keuntungan dari ongkir paket). Di kota kecil tempat saya tinggal, buat agen baru, dalam 2 minggu belum tentu dapat pemasukan sejuta rupiah. Tapi.. ya sudahlah.

Ada lagi kasus, paket dikirim ke agen ekspedisi lain untuk dikirim ke luar pulau. Bertepatan dengan paket sampai ke agen ekspedisi tersebut, ternyata kantornya tutup karena libur lebaran selama 2 minggu. Akibatnya paket ditarik ke gudang untuk diretur. Beruntung si pemilik paket tidak memaki-maki walau sempat panik, takut barangnya hilang. Memang mengirim barang jelang liburan hari besar penuh risiko karena akan ada banjir permintaan paket, dan barang menumpuk lebih lama di gudang.

Ada lagi kisah mengharukan yang membuat saya menabahkan hati menjadi agen. Suatu hari seorang bapak datang tergopoh-gopoh, sambil mengeluarkan segepok kunci yang dibungkus plastik. “Tolong, paketkan ini ke ### bisa?”

Menghadapi hal begini, pantang menolak pelanggan. Paling hanya membungkus ulang paketnya, meminta alamat dan no.hp tujuan dengan jelas, serta nama dan no.hp bapak tadi.

Beruntung di agen tempat saya bekerja sudah menerapkan paperless. Resi paket cukup saya kirimkan melalui WA pelanggan, kami hanya mencetak resi yang ditempelkan ke paket. Irit waktu, tidak merasa diburu-buru jika kebwtulan datang beberapa pelanggan dalam satu waktu.

Sering juga saya menghadapi ibu-ibu yang sudah sepuh, hendak mengirim paket buat anaknya di tempat yang jauh. Si ibu tak punya no. hp, hanya bermodal no.hp dan alamat anaknya. Uang yang dibawanya pun pas-pasan. Dalam kondisi begini saya merasa beruntung punya boss -kawan pemilik asli agen- yang baik hati. Dia akan membebaskan bea pengiriman paket si ibu, lalu resi paket langsung dikirim ke no.WA anaknya.

Banyak kejadian mengharukan dan menyebalkan selama hampir 3 bulan memulai jasa peepaketan. Saya merasa betah karena selalu ada yang bisa dipelajari, bisa bertemu dengan aneka manusia dengan watak yang berbeda-beda.

Satu pesan saya berdasar pengalaman di lapangan, jika orangtua Anda,kerabat di desa, atau yang kondisi ekonominya pas-pasan, mengirimi Anda paket makanan, jangan disia-siakan, tolong hargai. Tak mudah bagi mereka mengirimkan barang tadi. Apalagi jika mereka buta teknologi. Terimalah apapun isinya dengan suka cita, jangan dibuang makanannya.

catatan kaki: ini adalah bagian pertama dari beberapa tulisan tentang pengalaman di ekspedisi/ pengiriman barang. semoga bermanfaat. salam metta 🙏🙏