Akhirnya saya terdampar di sini, menyusuri perkampungan modern di lorong Surabaya Selatan, menjejak jalan-jalannya yang lebar dan sebagian berupa konblok, demi mencari alamat tukang servis ponsel yang saya tahu dari cerita teman dan hasil berselancar di internet.
Jalan kampung ini sudah saya kenali sejak masih SD, namun kini bentuknya sudah banyak berubah, walau sebagian yang tinggal di sana nyaris sama. Ada rumah sederhana tempat penampungan barang bekas seperti kardus-kardus yang menggunung dan dibawa pengepul, ada warung kecil berukuran 1,5×1,5 meter persegi yang menjual penganan seperti ubi rebus, pepaya kecil yang menguning, dan jajanan. Yah begitulah, kampung tetaplah kampung walau prasarana fisiknya membaik jauh.
Ketika menemui masjid yang cukup megah di kanan jalan, tepat di pintu masuk gapura, dengan papan bertuliskan Wonosari Kidul II, saya pun berbelok ke kanan. Saya mencari rumah no.9, hingga saya temukan bangunan sederhana, kontras dengan rumah gedong di sekitarnya. Ada mobil putih terpakir di depan rumah tanpa pagar itu, juga motor yang tampak baru dan terawat. Namun tak ada konter servis hp di sana. Saya terus berjalan, hingga menemukan pintu bertuliskan ‘Rafa Cell Sevice HP bla bla bla..’
papan nama di depan pintu
Tampaknya itu pintu sebuah lorong. Akhirnya saya kembali ke rumah no.9, menekan bel, dan seorang lelaki tanpa baju membukanya. Rupanya dia si bapak tukang servis, lalu dia mempersilakan saya berjalan melalui pintu yang bertuliskan service hp tadi. Saya menyusuri lorong sempit, lalu berbelok ke kiri, memasuki dua ruang, satu dapur tempat saya kemudian duduk di lantai, menghadap ke pintu tempat bapak itu membuka praktek servisnya. Ruang kerjanya sempit, berukuran 2×2 meter persegi, mungkin lebih sempit lagi. Ada komputer pc di atas meja kecil, beberapa ponsel rusak yang butuh penanganan, dan alat-alat servis. Ruang itu hanya cukup buat si bapak untuk duduk. Itu sebabnya saya duduk di lantai dapur.
Continue reading